K.H. Ahmad Sanusi, Panutanku yang Kepahlawannya Menjadi Kenyataan

Nahariyha Dewiwiddie
4 min readNov 10, 2022

--

Sumber gambar: masaginews.com

“Negara kita menanggung 70 juta. Kalau dalam musyawarah kita hanya menerima suatu usul secara mentah mentah, siapa yang akan bertanggung jawab terhadap rakyat, tuan, dan masyarakat? Karena kesalahan kita disini, kita celaka, anak cucu kita celaka”

~K.H. Ahmad Sanusi, dalam Risalah Sidang BPUPKI

Sebuah status Facebook dari Fadlan Anam memang berhasil memperkuat keyakinanku bahwa K.H. Ahmad Sanusi memang panutan untuk seluruh anak bangsa. Di balik kiprah utamanya sebagai ulama, beliau memang berjuang dan berpikir ke depan untuk memerdekakan negeri yang dicintainya.

Tak salah memang, tatkala Pemerintah menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Ajengan Sanusi ini, memang sesuai dengan tema Hari Pahlawan tahun ini; Pahlawanku Teladanku. Pokoknya, gelar yang disematkan kepada beliau dan 4 tokoh lain, memang sudah layak dijadikan contoh untuk diteladani semua anak negeri dari generasi ke generasi.

Terus, siapa yang berbahagia? tentunya bukan hanya warga Sukabumi dan kader PUI. Beberapa orang yang mengharapkan beliau menjadi pahlawan lewat pernyataannya di berbagai media pun tentu sepatutnya bergembira, termasuk saya.

Semenjak dapat kabar membahagiakan ini, sehari setelah melihat akhir hayat siaran TV analog di Jakarta dan sekitarnya (lewat daring, tapi, karena saya tak tinggal di sana), rasanya hatiku sangat berbunga-bunga, sembari mengucapkan syukur pada-Nya.

Ah, anganku untuk melihat beliau jadi pahlawan nasional akhirnya terwujud juga, gak nyangka sih bisa terwujud pada tahun ini. Padahal, saya sudah hampir pesimis dan menyerah melihat perkembangan pengusulan Ajengan Sanusi ini, sudah diajukan beberapa kali, tapi kabar tersebut belum turun juga, sampai-sampai datang keputusan membahagiakan dari anggota Dewan Gelar yang menghapus penantian panjang setelah diajukan sekian lama; belasan tahun.

Kemudian, langsung saya tuangkan uneg-unegnya di Twitter, kirim chat ke Ruang Berbagi lewat situs Kompasiana, karena dialah yang mengomentari artikelku tentang keresahkan diriku tentang K.H. Ahmad Sanusi yang kepahlawanannya tak dianggap. Responnya pun sama; ikut bahagia. Jawaban di Quora dua tahun lalu tentang keresahan yang sama ikut diperbarui.

Sekarang, beliau sudah sejajar dengan rekan-rekannya di BPUPKI seperti Soekarno, Hatta, Ki Bagus Hadikusumo, sang ketua Rajiman Wedyodiningrat, bahkan sahabatnya sendiri, K.H. Abdul Halim, ‘kan?

Ketika mulai rajin membaca berita-berita tentang pengajuan gelar pahlawan nasional, entah kenapa diriku tertarik dengan sosok yang satu ini; K.H. Ahmad Sanusi. Anggota BPUPKI yang, sayangnya, proses pengusulannya alot banget. Berbeda dengan rekan-rekan seperjuangannya di organisasi tersebut yang diberikan gelar kurang dari 10 tahun setelah diusulkan.

Bayangkan saja, sekelas anggota BPUPKI aja harus membutuhkan waktu lebih dari sepuluh tahun lamanya untuk mendapatkan gelar tertinggi ini. Dirintis tahun 2007, diajukan tahun 2008. Sempat diberikan gelar bareng K.H. Abdul Halim, tapi ya, PHP karena yang disebutkan terakhir yang diberikan gelar pahlawan.

Kemudian, tahun 2011 beliau hendak disematkan gelar serupa, tapi karena desakan berbagai pihak, akhirnya gelar itu rela jatuh ke tangan Syafruddin Prawiranegara sebagai wakil Jawa Barat.

Setelah itu, dokumen pengusulan itu dibiarkan mengendap di Kemensos, padahal, desakan-desakan dari warga Sukabumi dan kader PUI tak pernah berhenti bergema supaya gelar pahlawan menjadi kenyataan. Apalagi satu per satu dilangkahin rekan-rekannya sesama anggota BPUPKI menjadi pahlawan.

Puncaknya, tahun 2019 — yang bikin saya berang — setelah tahu Alexander Andries Maramis, Abdul Kahar Muzakkir, dan KH Masjkur adalah ketiga anggota BPUPKI yang tersisa, yang belum diberi gelar kepahlawanan, waah, jangan-jangan K.H. Ahmad Sanusi dipastikan tersingkir, nih, setelah tiga kali diajukan ke Kemensos?

Makanya, tahun 2020 saya menuangkan uneg-unegnya di Quora dan Kompasiana, tentang kegelisahannya selama ini, sembari membeberkan alasan mengapa Ajengan Sanusi sangat layak diberikan gelar pahlawan.

Pertama, beliaulah yang mengusulkan bentuk ideal dari negara yang akan didirikan.

Ada dua anggota BPUPKI yang saling mengajukan usul. Yang satu berbentuk kerajaan, yang satunya berbentuk republik. Nah, di situlah K.H. Ahmad Sanusi mengambil peran. Menurut beliau, menurut prespektif Islam, sebaiknya negeri ini dipimpin oleh seorang imamat, yang dipilih oleh rakyat. (Maksudnya itu lho, republik!)

Kedua, beliau berperan besar untuk menyelamatkan sidang BPUPKI dari pertikaian yang tiada berakhir.

Yup, khususnya sila pertama yang memancing perdebatan keras antara tokoh Islam dan sekuler (khususnya wakil-wakil dari Indonesia Timur). Karena melihat para anggotanya tidak bisa berpikir jernih, di situlah Ajengan Sanusi menjadi penengah, yakni meminta sidang BPUPKI ditunda hingga esok hari.

Kesempatan jeda itulah yang dimanfaatkan oleh Bung Karno untuk melakukan pendekatan antara kedua kubu itu tadi, dan di hari berikutnya, akhirnya sidang itu menemui titik terang dan kata sepakat, yang tentunya berujung pada berdirinya negara kita yang kukuh hingga sekarang ini.

Oh ya, menurut yang dibaca di berita, soal tertahannya usulan beliau — karena (katanya) beliau menyerah, itu tidak valid menurut keterangan keluarga, sehingga tak ada yang menghalangi beliau untuk dijadikan pahlawan.

Terlepas dari campur tangan Presiden, penetapan beliau menjadi pahlawan itu, menurutku diibaratkan menerbitkan buku yang sudah diajukan naskahnya ke pernerbit, lalu naskah itu mengendap — terselip di antara tumpukan-tumpukan naskah yang ditolak. Lalu, seorang editor buku yang jeli kemudian meninjau isinya, lalu diputuskan untuk menerbitkannya karena isinya yang menginspirasi dan bermanfaat bagi banyak orang.

Ya, seperti itulah perumpamaannya.

Walaupun terlambat (karena memang terlewat atau pertimbangan ini-itu), tetap gelar tersebut harus disyukuri seluruh putra-putri bangsa yang menghuni di bawah kolong langit Indonesia, daripada gak sama sekali, ya kan?

Ajengan Sanusi ternyata gak sendirian. Sultan Baabullah yang sudah terkenal sejarah karena berhasil mengusir Portugis dari Nusantara, baru ditetapkan sebagai pahlawan dua tahun lalu kok….

--

--

Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie

Written by Nahariyha Dewiwiddie

0 Followers

Narablog dan pengembara pengetahuan. Berharap kekal sebagai pembelajar. Lihat juga di kompasiana.com/dewiwiddie

No responses yet