Inilah Pecahan Uang Kertas Rupiah yang Konsisten dengan Satu Warna!
Katanya, menurut survei, masyarakat senang kalau mata uang kita berwarna-warni. Biar bisa dibedakan gitu.
Hmmm, memang benar, kok. Buktinya, ada kejadian uang kertas pecahan 10.000 rupiah emisi 2005 yang berwarna asli ungu kemerahan (magenta), sering dipertukarkan dengan uang kertas bernominal 100.000 rupiah emisi 2004 yang berwarna merah, sehingga pada 2010, uang kertas pecahan 10.000 rupiah yang direvisi, warnanya diganti menjadi ungu kebiruan; sebenar-benarnya ungu!
Nah, sepanjang perjalanan Rupiah, salah satu simbol negara kita, ada beberapa pecahan uang kertas yang sukses mempertahankan warna utama yang paling dominan, selama belasan maupun puluhan tahun. Sampai-sampai, warna itu jadi identik sama nominal tertentu!
Mau tahu? Yuk, disimak!
1. Rp. 100 (Merah)
Anak-anak yang lahir pada 90-an pasti tahu uang kertas yang ikonik ini. Saya pun begitu, sepertinya pernah megang uang ini sejak usia sekolah. Berwarna dominan merah, tentunya ini bukanlah yang pertama.
Penggunaan warna ini dimulai pada uang kertas bergambar depan Jendral Sudirman, tahun emisi 1969. Kemudian disusul dengan gambar Badak Jawa (1977), Mambruk Victoria (1985), dan gambar Perahu Pinisi seperti pada gambar, emisi 1992.
2. Rp 500 (Hijau)
Sama dengan uang kertas 100 rupiah, mereka pasti tahu uang yang satu ini. Keduanya memang memorable banget, dengan nominal segitu masih bisa diterima untuk beli sesuatu pada saat itu.
Dan lagi, uang kertas bergambar depan Sudirman jadi debut penggunaan warna hijau pada emisi 1969. Terus, disusul dengan Rachmi Hatta dan bunga anggrek Vanda (1977), bunga bangkai (1982), rusa jawa (1988), dan orang utan seperti pada gambar (1992).
Oh ya, uang kertas 100 dan 500 rupiah emisi 1992 adalah yang terakhir, karena setelah itu dan kini, tinggallah kenangan dan hanya bisa dijumpai dalam uang koin. Habis, semenjak krisis ekonomi dan Reformasi, nilai rupiah jatuh sehingga kedua nominal tak berarti. Dengan kata lain, hanya bisa dijadikan kembalian!
3. Rp 2.000 (Abu-Abu)
Sejak diluncurkan tahun 2009 (seperti pada gambar), uang tersebut identik dengan abu-abu, bahkan dipertahankan pada emisi 2016 bergambar MH Thamrin. Entah kenapa, mengapa Bank Indonesia (BI) memutuskan memilih warna itu pada uang dua ribuan, biarlah jadi misteri.
Oh ya, awalnya uang 2.000 rupiah jadi kandidat pengganti uang 1.000 sebagai nominal terendah (karena 1.000 lebih difokuskan ke koin), ternyata akhir tahun 2016 yang lalu, uang kertas 1.000 masih saja diluncurkan. Hmmm, mungkin memberi ruang yang cukup untuk menampilkan desain pahlawan dan kekayaan alam dan budaya mewakili daerah, kali, ya?
4. Uang 5.000 (Coklat)
Apa sih yang perlu diragukan dari warna uang 5.000 rupiah ini? Dari gambar depan nelayan (1975), pengasah intan (1980), Teuku Umar (1986), Sasando Rote (1992), Tuanku Imam Bonjol (2001), sampai yang paling terkini, K.H. Idham Chalid (2016), sepertinya satu suara dalam urusan warna dominan: coklat.
Memang, uang 5.000 rupiah identik dengan warna itu, dan itu sudah berlangsung lebih dari empat puluh tahun. Rekor paling terlama!
5. Rp 20.000 (Hijau)
Sedari awal, atau sejak diluncurkan pada tahun emisi 1992 bergambar burung Cenderawasih Merah, memang uang dua puluh ribu rupiah konsisten dengan warna hijau-nya, dan itu nyata adanya. Buktinya, warna itu juga diterapkan pada uang bergambar depan Ki Hadjar Dewantara (1998), Oto Iskandar Di Nata (2004), dan Sam Ratulangi (2016).
Cuma itu? Iya. Seperti uang 5.000 rupiah, pecahan itu sukses bertahan pada satu warna walau desainnya berubah setiap emisi, terus pemerintahan ikut berganti. Hebat!
Apa pun itu, semoga warna itu konsisten sebagai identitas nominal rupiah kita sampai kapan pun!
Desain boleh berganti, tapi warna tetaplah jadi penanda uang kita!
Referensi: https://en.wikipedia.org/wiki/Banknotes_of_the_rupiah https://finance.detik.com/moneter/d-1403137/pecahan-rp-10000-diganti-agar-tak-kisruh-dengan-rp-100000
https://www.hipwee.com/feature/uang-kertas-warna-warni/